RESUME
BUKU WAWASAN ISLAM
Drs. Ali Anwar Yusuf, M.Si
Nama
: Desta Ahmad Maulana
NPM
: 132010141
Kelas
: AN-C
1. PENDAHULUAN
Mundurnya
sains dan teknologi pada dunia Islam merupakan akibat praktik yang salah dalam
pemahaman dan penerapan Islam. Kajian dan penguasaan bahasa Arab yang menjadi
kunci keilmuan Islam dibiarkan menurun sehingga meninggalkan ijtihad,
dan pada saat yang sama para misionaris, invasi budaya, dan politik dari Barat
dibuka lebar-lebar. Pada gilirannya umat Islam tidak mampu menjaga superioritas
negaranya terhadap serangan yang datang bertubi-tubi dari kafir Barat tersebut.
Satu-satunya
cara agar kaum muslimin mengulangi kedudukannya
sebagai pemimpin dunia dalam bidang sains, teknologi dan bidang lainnya
yaitu dengan cara memegang Islam secara komprehensif dan menetapkan sebuah ideologi yang dianut
dan diterapkan kehidupan terutana dalam kehidupan bernegara.
2. WAWASAN ISLAM TENTANG EPISTEMOLOGI SAINS DAN
UNIVERSALISME ISLAM
Universalisme
Islam terintegritas dan terkodifikasi dalam akidah, syariah, dan akhlak yang ketiganya bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan berfokus menuju keesaan
Allah. Islam merupakan hukum atau undang-undang yang mengatur tata cara manusia
dalam berhubungan secara vertikal dengan Allah SWT, dan hubungan horizontal
dengan sesama manusia. Agama Islam mengajarkan mengenai tata cara bertingkah
laku dalam masyarakat seperti dalam masalah ekonomi, politik, berkeluarga,
bertetangga dan sebagainya, termasuk membahas tentang sains dan kebudayaan.
Epistemologi
sains dalam Islam didasarkan atas dua faktor yaitu berdasarkan pewarisan
pengalaman dan pengalaman logis.
3. WAWASAN ISLAM TENTANG UMAT ISLAM
Istilah
umat dalam Islam dapat diartikan sebagai komunitas namun pengertian sebagai
komunitas tersebut berbeda dengan istilah komunitas dalam pemikiran bangsa
Barat (community). Dalam literatur
Islam, istilah umat ini sepadan dengan kata-kata seperti qabilah, qaum, sya’aba, thabaqah, mujtama’ dan tha-ifah. Namun kata umat mengandung arti kemanusiaan maju dan
berkembang atau bersifat dinamis.
Ada
beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh umat Islam, yaitu:
a. Umat
Islam sebagai umat yang satu (ummatan
wahidah)
b. Umat
Islam merupakan umat multiras, suku, dan bangsa.
c. Umat
Islam yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
d. Umat
yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan islam.
e. Umat
yang mencintai keadilan.
f. Persatuan
dan kebersamaan (kejam’ahan)
g. Adanya
pemimpin yang berwibawa.
h. Saling
menghargai (demokrasi).
Permasalahan atau problema yang dialami oleh umat
Islam saat ini diantaranya kondisi ekonomi yang umumnya lemah, tingkat
pendidikan umat yang sangat rendah dan penuh ketertinggalan dari umat lain,
kelemahan dalam bidang sosial dan politik, serta penetrasi budaya Barat
terhadap umat Islam yang semakin kuat. Masalah-masalah yang dihadapi oleh umat
Islam tersebut disebabkan oleh kesalahan persepsi umat Islam terhadap ajaran
Islam sendiri, yaitu umat islam belum memahami secara menyeluruh. Ajaran Islam
sering dipandang sebagai ajaran yang menyangkut ritual saja dan adanya
pemisahan Islam dari kehidupan sosial.
4. WAWASAN ISLAM TENTANG AGAMA, KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
Islam
memandang masyarakat sebagai komunitas sosial dan sarana aktualisasi
nilai-nilai Ilahiyah sehingga membentuk kultur agama. Sebaliknya, kultur
atau budaya yang berkembang di masyarakat dibina dan dikembangkan melalui
nilai-nilai Ilahiyah.
Kebudayaan
dalam kerangka Islam dipandang sebagai proses pengembangan potensi kemanusiaan,
yaitu mengembangkan fitrah, hati nurani, dan daya untuk melahirkan kekuatan dan
perekayasaan.
5. WAWASAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Islam bersifat adaftif
terhadap perubahan sosial. Hukum-hukum yang bersifat tetap hanya terdapat pada
masalah ibadah mahdah saja, sedangkan pada urusan mu’amalah
bersifat
terbuka. Perubahan sosial yang dikehendaki ajaran Islam adalah
perubahan yang memiliki dan mengutamakan nilai-nilai, yaitu perubahan dari
yang kurang baik menjadi lebih baik.
Kesejahteraan sosial dalam Islam diarahkan pada
kesejahteraan yang hakiki, yaitu kesejahteraan di dunia dan akhirat. Untuk
mencapai kesejahteraan sosial, Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras
serta sungguh-sungguh dalam bekerja.
Keadilan sosial
dalam Islam adalah pemerataan dan persamaan memperoleh keadilan bagi semua
orang dalam semua aspek kehidupan. Keadilan sosial dalam Islam bukan berarti
sama rasa sama rata sebagaimana dalam konsep komunisme atau kebebasan setiap orang
seperti pada konsep liberalisme.
Perbedaan jenis kelamin, ras, suku bangsa, warna
kulit, dan bentuk tubuh yang diberikan oleh Allah pada manusia bukanlah dimaksudkan
agar kita bercerai-berai, namun itu semua ditujukan untuk menunjukkan kebesaran
dan kekuasaan Allah. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengisyaratkan tentang
stratifikasi sosial namun meski tidak secara tegas dikemukakan.
6. WAWASAN
ISLAM TENTANG POLITIK
Istilah
politik sebanding dengan kata ”siyasah” yang mengandung makna perubahan
dari suatu kondisi yang sedang berlaku menuju kondisi yang lebih baik.
Perbedaan politik dengan siyasah:
-
Pada siyasah,
pemerintah bertindak sebagai guru dan pemimpin. Pemerintahan memimpin bangsanya
menuju dan mendidik mereka ke arah yang paling baik dan utama. Sedangkan pada
politik, pemerintahan pemimpin dengan cara mengelola, menjaga, dan memelihara
segala sesuatu yang sudah berlakudi suatu masyarakat.
-
Secara operasional, siyasah
berlandaskan pada perubahan dan pembangunan, mewujudkan kesempurnaan bukan
kebahagiaan, kebaikan bukan kesenangan, perbaikan bukan pelayanan. Sedangkan
politik berlandaskan pada “apa yang berlaku”, dengan bertujuan mencari
kerelaan, bukan menunjukkan keutamaan, melayani orang banyak agar hidup senang,
bukan memperbaiki orang banyak agar hidup baik dan maju.
Hakikat kekuasaan menurut pandangan Islam adalah
karunia Allah yang dititipkan kepada manusia untuk dipelihara dan digunakan
sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah digariskan Allah
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah SWT nanti.
7. WAWASAN
ISLAM TENTANG ADMINISTRASI NEGARA
Administrasi
dalam Islam harus dijalankan melalui musyawarah dan dilandaskan pada demokrasi.
Berikut beberapa aspek khas dan penting dari model administrasi dalam Islam:
a. Penitikberatan
pada standar nilai dan etika Islami
b. Lembaga
keuangan yang tidak riba
c. Hukum
terhadap korupsi administrasi
d. Keseimbangan
antara lahir dan batin
e. Endognitas
f. Pencegahan
dari ketidakadilan
g. Konsep
Syura
h. Penitikberatan
pada kerjasama
8. WAWASAN
ISLAM TENTANG EKONOMI
Sebagai makhluk ekonomi, manusia bertugas untuk
mengelola sumber daya alam sehingga bernilai ekonomi dan dapat dimanfaatkannya
sesuai dengan kaidah dan nilai dasar Ilahiyyah. Selain itu, manusia juga
dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT. Sehingga dalam kegiatan ekonomi
tersebut haruslah bernilai ibadah.
Dalam ajaran Islam, kegiatan ekonomi dianggap
sebagai salah satu aspek dari pelaksanaan tanggung jawab manusia di muka bumi.
Seluruh pekerjaan yang secara ekonomi produktif pada dasarnya memiliki
nilai-nilai keagamaan di samping nilai-nilai yang lainnya.
Dalam ajaran Islam, perdagangan merupakan kegiatan
yang paling mulia di sisi Allah di samping kegiatan lainnya. Etika jual beli
dalam Islam adalah menjalankannya dengan rasa senang hati, tulus, ikhlas, dan
memberikan kesan baik terhadap pembeli.
9. WAWASAN
ISLAM TENTANG HUBUNGAN INTERNASIONAL
Dasar-dasar
hubungan internasional dalam Islam berdasarkan pada kehormatan manusia,
kesatuan umat manusia, kerja sama kemanusiaan, toleransi, kemerdekaan, budi
baik, keadilan, perlakuan yang sama, memenuhi janji, dan kasih sayang serta
pencegahan kerusakan.
Hubungan internasional dilandasi oleh prinsip untuk
memelihara ketertiban dan perdamaian dunia. Doktrin Islam memerintahkan kepada
setiap pemeluknya agar memenuhi persetujuan dan perdamaian internasional yang
lebih disepakati bersama supaya menghindari kerugian dan kesalahpahaman.
Dalam beberapa literatur (sejarah) Islam diungkapkan
bahwa sejak tahun ke-3 H, Nabi Muhammad SAW. mengirimkan beberapa utusannya ke
berbagai negara. Dan pada abad ke-9 beliau menerima beberapa utusan (duta) dari
negara-negara lain. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mengadakan kerja
sama atau hubungan secara internasional.
10. WAWASAN ISLAM TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Hak asasi
manusia yang berkembang di dunia pada umumnya bersumber pada liberalisme,
dan dalam
implementasinya di beri pengertian dengan nilai-nilai barat, hak asasi manusia telah di monopoli oleh tafsiran
barat dan sama sekali mengabaikan nilai-nilai budaya lainnya termasuk nilai agama.
Kaum sosialis
sangat menekan pada hak kolektif dibandingkan dengan hak individu bahkan kaum ini tidak mengakui
kepentingan-kepentingan individual termasuk kepemilikan pribadi.
Dalam Islam
hubungan hak dan kewajiban adalah seimbang, kepentingan individu dan masyarakat
saling berkaitan dan seimbang dengan mendahulukan kewajiban dari pada hak-hak
pribadi.
Perbedaan antara
HAM dalam konsep Barat dan konsep Islam terletak pada pandangan terhadap
manusia, konsep Barat bersifat antroposentik yaitu konsep dasar yang berpusat
pada manusia, sedangkan Islam bersifat teosentrik yaitu segala sesuatu berpusat
pada Tuhan, HAM dalam Islam sangat mementingkan penghargaan dan penghormatan
kepada manusia sebagai refleksi dan kualitas kesadaran keagamaan yang tertanam
dalam hati, pikiran dan jiwa penganutnya.
11. WAWASAN ISLAM TENTANG DISIPLIN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi dalam Islam terdiri atas komunikasi dengan
Allah, komunikasi dengan sesama manusia dan komunikasi
dengan alam.
Komunikasi dengan Allah dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Komunikasi
dengan Allah secara langsung dilakukan melalui kegiatan ritual seperti shalat.
Sedangkan komunikasi secara tidak langsung dilakukan pula dengan cara terus
menerus menjalin komunikasi walaupun tidak pada waktu dan tempat yang khusus.
Adapun
komunikasi dengan sesama manusia dilakukan melalui bahasa dan isyarat sebagai
alat ungkapannya dan lingkungan sebagai media penunjangnya.
Dalam
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul diajarkan komunikasi dari segi bahasa dan komunikasi
dari segi lingkungan. Faktor penentu keberhasilan komunikasi seseorang dilihat
dari segi aspek bahasa, aspek isyarat, lingkungan fisik, kondisi psikologis dan
budaya.
Komunikasi
sosial merupakan komunikasi yang secara langsung dan dapat membuat
perubahan-perubahan sosial seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW dalam
menyampaikan firman-firman Allah untuk menciptakan perubahan di masyarakat.
Tentang prinsip-prinsip etika komunikasi, para ilmuwan
komunikasi telah menentukan sejumlah konsep kunci yang bersumber dari
Al-Qur’an. Para ahli tafsir (mufasirun) dalam menafsirkan
simbol-simbol komunikasi tersebut:
1.
Term Komunikasi
dalam Bentuk ‘Amr (perintah)
Ø Qaulan Sadidan (Q.S. An-Nisa [4] : 9) dan (Q.S.
Al-Ahzab [33] :70)
Ø Qaulan Balighan (Q.S. An-Nisa [4] : 63)
Ø Qaulan Layyinan (Q.S. Thaha
[20] : 43-44)
Ø Qaulan Maysuran (Q.S. Al-Isra’
[17] : 28)
Ø Qaulan Ma’rufan (Q.S. An-Nisa
[4] : 5, 8), (Q.S. Al-Baqarah [2] : 235), dan (Q.S. Al-Ahzab [33] : 32)
Ø Qaulan Kariman (Q.S. Al-Isra’
[17] : 23)
2.
Term Komunikasi
dalam Bentuk Khabariyah (Kalimat Berita)
Ø Qaulan Tsaqilah (Q.S.
Al-Muzammil [73] :5)
Ø Qaulan ‘Azhimah (Q.S. Al-Isra’
[17] : 40)
Thanks ya gan wawasan agamanya!! izin copy ok???
BalasHapusilmuagama
Thanks ya gan wawasan agamanya!! izin copy ok???
BalasHapusilmuagama