Minggu, 04 Oktober 2015

Resume Buku Wawasan Islam

RESUME BUKU WAWASAN ISLAM
Drs.  Ali Anwar Yusuf, M.Si

Nama : Desta Ahmad Maulana
NPM : 132010141
Kelas : AN-C

1.      PENDAHULUAN
Mundurnya sains dan teknologi pada dunia Islam merupakan akibat praktik yang salah dalam pemahaman dan penerapan Islam. Kajian dan penguasaan bahasa Arab yang menjadi kunci keilmuan Islam dibiarkan menurun sehingga meninggalkan ijtihad, dan pada saat yang sama para misionaris, invasi budaya, dan politik dari Barat dibuka lebar-lebar. Pada gilirannya umat Islam tidak mampu menjaga superioritas negaranya terhadap serangan yang datang bertubi-tubi dari kafir Barat tersebut.
Satu-satunya cara agar kaum muslimin mengulangi kedudukannya  sebagai pemimpin dunia dalam bidang sains, teknologi dan bidang lainnya yaitu dengan cara memegang Islam secara komprehensif  dan menetapkan sebuah ideologi yang dianut dan diterapkan kehidupan terutana dalam kehidupan bernegara.

2.      WAWASAN ISLAM TENTANG EPISTEMOLOGI SAINS DAN UNIVERSALISME ISLAM
Universalisme Islam terintegritas dan terkodifikasi dalam akidah, syariah, dan akhlak yang ketiganya bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan berfokus menuju keesaan Allah. Islam merupakan hukum atau undang-undang yang mengatur tata cara manusia dalam berhubungan secara vertikal dengan Allah SWT, dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Agama Islam mengajarkan mengenai tata cara bertingkah laku dalam masyarakat seperti dalam masalah ekonomi, politik, berkeluarga, bertetangga dan sebagainya, termasuk membahas tentang sains dan kebudayaan.
Epistemologi sains dalam Islam didasarkan atas dua faktor yaitu berdasarkan pewarisan pengalaman dan  pengalaman logis.

3.      WAWASAN ISLAM TENTANG UMAT ISLAM
Istilah umat dalam Islam dapat diartikan sebagai komunitas namun pengertian sebagai komunitas tersebut berbeda dengan istilah komunitas dalam pemikiran bangsa Barat (community). Dalam literatur Islam, istilah umat ini sepadan dengan kata-kata seperti qabilah, qaum, sya’aba, thabaqah, mujtama’ dan tha-ifah. Namun kata umat mengandung arti kemanusiaan maju dan berkembang atau bersifat dinamis.
Ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh umat Islam, yaitu:
a.       Umat Islam sebagai umat yang satu (ummatan wahidah)
b.      Umat Islam merupakan umat multiras, suku, dan bangsa.
c.       Umat Islam yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
d.      Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan islam.
e.       Umat yang mencintai keadilan.
f.       Persatuan dan kebersamaan (kejam’ahan)
g.       Adanya pemimpin yang berwibawa.
h.      Saling menghargai (demokrasi).
Permasalahan atau problema yang dialami oleh umat Islam saat ini diantaranya kondisi ekonomi yang umumnya lemah, tingkat pendidikan umat yang sangat rendah dan penuh ketertinggalan dari umat lain, kelemahan dalam bidang sosial dan politik, serta penetrasi budaya Barat terhadap umat Islam yang semakin kuat. Masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam tersebut disebabkan oleh kesalahan persepsi umat Islam terhadap ajaran Islam sendiri, yaitu umat islam belum memahami secara menyeluruh. Ajaran Islam sering dipandang sebagai ajaran yang menyangkut ritual saja dan adanya pemisahan Islam dari kehidupan sosial.

4.      WAWASAN ISLAM TENTANG AGAMA, KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT
Islam memandang masyarakat sebagai komunitas sosial dan sarana aktualisasi nilai-nilai Ilahiyah sehingga  membentuk kultur agama. Sebaliknya, kultur atau budaya yang berkembang di masyarakat dibina dan dikembangkan melalui nilai-nilai Ilahiyah.
Kebudayaan dalam kerangka Islam dipandang sebagai proses pengembangan potensi kemanusiaan, yaitu mengembangkan fitrah, hati nurani, dan daya untuk melahirkan kekuatan dan perekayasaan.

5.      WAWASAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Islam bersifat adaftif terhadap perubahan sosial. Hukum-hukum yang bersifat tetap hanya terdapat pada masalah ibadah mahdah saja, sedangkan pada urusan mu’amalah bersifat terbuka. Perubahan sosial yang dikehendaki ajaran Islam adalah perubahan yang memiliki dan mengutamakan nilai-nilai, yaitu perubahan dari yang kurang baik menjadi lebih baik. 
Kesejahteraan sosial dalam Islam diarahkan pada kesejahteraan yang hakiki, yaitu kesejahteraan di dunia dan akhirat. Untuk mencapai kesejahteraan sosial, Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras serta sungguh-sungguh dalam bekerja.
Keadilan sosial dalam Islam adalah pemerataan dan persamaan memperoleh keadilan bagi semua orang dalam semua aspek kehidupan. Keadilan sosial dalam Islam bukan berarti sama rasa sama rata sebagaimana dalam konsep komunisme atau kebebasan setiap orang seperti pada konsep liberalisme.
Perbedaan jenis kelamin, ras, suku bangsa, warna kulit, dan bentuk tubuh yang diberikan oleh Allah pada manusia bukanlah dimaksudkan agar kita bercerai-berai, namun itu semua ditujukan untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengisyaratkan tentang stratifikasi sosial namun meski tidak secara tegas dikemukakan.
6.      WAWASAN ISLAM TENTANG POLITIK
Istilah politik sebanding dengan kata ”siyasah” yang mengandung makna perubahan dari suatu kondisi yang sedang berlaku menuju kondisi yang lebih baik.
Perbedaan politik dengan siyasah:
-          Pada siyasah, pemerintah bertindak sebagai guru dan pemimpin. Pemerintahan memimpin bangsanya menuju dan mendidik mereka ke arah yang paling baik dan utama. Sedangkan pada politik, pemerintahan pemimpin dengan cara mengelola, menjaga, dan memelihara segala sesuatu yang sudah berlakudi suatu masyarakat.
-          Secara operasional, siyasah berlandaskan pada perubahan dan pembangunan, mewujudkan kesempurnaan bukan kebahagiaan, kebaikan bukan kesenangan, perbaikan bukan pelayanan. Sedangkan politik berlandaskan pada “apa yang berlaku”, dengan bertujuan mencari kerelaan, bukan menunjukkan keutamaan, melayani orang banyak agar hidup senang, bukan memperbaiki orang banyak agar hidup baik dan maju.
Hakikat kekuasaan menurut pandangan Islam adalah karunia Allah yang dititipkan kepada manusia untuk dipelihara dan digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah digariskan Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT nanti.

7.      WAWASAN ISLAM TENTANG ADMINISTRASI NEGARA
Administrasi dalam Islam harus dijalankan melalui musyawarah dan dilandaskan pada demokrasi. Berikut beberapa aspek khas dan penting dari model administrasi dalam Islam:
a.       Penitikberatan pada standar nilai dan etika Islami
b.      Lembaga keuangan yang tidak riba
c.       Hukum terhadap korupsi administrasi
d.      Keseimbangan antara lahir dan batin
e.       Endognitas
f.       Pencegahan dari ketidakadilan
g.       Konsep Syura
h.      Penitikberatan pada kerjasama

8.      WAWASAN ISLAM TENTANG EKONOMI
Sebagai makhluk ekonomi, manusia bertugas untuk mengelola sumber daya alam sehingga bernilai ekonomi dan dapat dimanfaatkannya sesuai dengan kaidah dan nilai dasar Ilahiyyah. Selain itu, manusia juga dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT. Sehingga dalam kegiatan ekonomi tersebut haruslah bernilai ibadah.
Dalam ajaran Islam, kegiatan ekonomi dianggap sebagai salah satu aspek dari pelaksanaan tanggung jawab manusia di muka bumi. Seluruh pekerjaan yang secara ekonomi produktif pada dasarnya memiliki nilai-nilai keagamaan di samping nilai-nilai yang lainnya.
Dalam ajaran Islam, perdagangan merupakan kegiatan yang paling mulia di sisi Allah di samping kegiatan lainnya. Etika jual beli dalam Islam adalah menjalankannya dengan rasa senang hati, tulus, ikhlas, dan memberikan kesan baik terhadap pembeli.

9.      WAWASAN ISLAM TENTANG HUBUNGAN INTERNASIONAL
Dasar-dasar hubungan internasional dalam Islam berdasarkan pada kehormatan manusia, kesatuan umat manusia, kerja sama kemanusiaan, toleransi, kemerdekaan, budi baik, keadilan, perlakuan yang sama, memenuhi janji, dan kasih sayang serta pencegahan kerusakan.
Hubungan internasional dilandasi oleh prinsip untuk memelihara ketertiban dan perdamaian dunia. Doktrin Islam memerintahkan kepada setiap pemeluknya agar memenuhi persetujuan dan perdamaian internasional yang lebih disepakati bersama supaya menghindari kerugian dan kesalahpahaman.
Dalam beberapa literatur (sejarah) Islam diungkapkan bahwa sejak tahun ke-3 H, Nabi Muhammad SAW. mengirimkan beberapa utusannya ke berbagai negara. Dan pada abad ke-9 beliau menerima beberapa utusan (duta) dari negara-negara lain. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mengadakan kerja sama atau hubungan secara internasional.

10.  WAWASAN ISLAM TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Hak asasi manusia yang berkembang di dunia pada umumnya bersumber pada liberalisme, dan dalam implementasinya di beri pengertian dengan nilai-nilai barat, hak asasi manusia telah di monopoli oleh tafsiran barat dan sama sekali mengabaikan nilai-nilai budaya lainnya termasuk nilai agama. Kaum sosialis sangat menekan pada hak kolektif dibandingkan dengan hak individu bahkan kaum ini tidak mengakui kepentingan-kepentingan individual termasuk kepemilikan pribadi.
Dalam Islam hubungan hak dan kewajiban adalah seimbang, kepentingan individu dan masyarakat saling berkaitan dan seimbang dengan mendahulukan kewajiban dari pada hak-hak pribadi.
Perbedaan antara HAM dalam konsep Barat dan konsep Islam terletak pada pandangan terhadap manusia, konsep Barat bersifat antroposentik yaitu konsep dasar yang berpusat pada manusia, sedangkan Islam bersifat teosentrik yaitu segala sesuatu berpusat pada Tuhan, HAM dalam Islam sangat mementingkan penghargaan dan penghormatan kepada manusia sebagai refleksi dan kualitas kesadaran keagamaan yang tertanam dalam hati, pikiran dan jiwa penganutnya.

11.  WAWASAN ISLAM TENTANG DISIPLIN ILMU KOMUNIKASI
Komunikasi dalam Islam terdiri atas komunikasi dengan Allah, komunikasi dengan sesama manusia dan komunikasi dengan alam. Komunikasi dengan Allah dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi dengan Allah secara langsung dilakukan melalui kegiatan ritual seperti shalat. Sedangkan komunikasi secara tidak langsung dilakukan pula dengan cara terus menerus menjalin komunikasi walaupun tidak pada waktu dan tempat yang khusus. Adapun komunikasi dengan sesama manusia dilakukan melalui bahasa dan isyarat sebagai alat ungkapannya dan lingkungan sebagai media penunjangnya.
Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul diajarkan komunikasi dari segi bahasa dan komunikasi dari segi lingkungan. Faktor penentu keberhasilan komunikasi seseorang dilihat dari segi aspek bahasa, aspek isyarat, lingkungan fisik, kondisi psikologis dan budaya.
Komunikasi sosial merupakan komunikasi yang secara langsung dan dapat membuat perubahan-perubahan sosial seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW dalam menyampaikan firman-firman Allah untuk menciptakan perubahan di masyarakat.
Tentang prinsip-prinsip etika komunikasi, para ilmuwan komunikasi telah menentukan sejumlah konsep kunci yang bersumber dari Al-Qur’an. Para ahli tafsir (mufasirun) dalam menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut:
1. Term Komunikasi dalam Bentuk ‘Amr (perintah)
Ø  Qaulan Sadidan (Q.S. An-Nisa [4] : 9) dan (Q.S. Al-Ahzab [33] :70)
Ø  Qaulan Balighan (Q.S. An-Nisa [4] : 63)
Ø  Qaulan Layyinan (Q.S. Thaha [20] : 43-44)
Ø  Qaulan Maysuran (Q.S. Al-Isra’ [17] : 28)
Ø  Qaulan Ma’rufan (Q.S. An-Nisa [4] : 5, 8), (Q.S. Al-Baqarah [2] : 235), dan (Q.S. Al-Ahzab [33] : 32)
Ø  Qaulan Kariman (Q.S. Al-Isra’ [17] : 23)
2. Term Komunikasi dalam Bentuk Khabariyah (Kalimat Berita)
Ø  Qaulan Tsaqilah (Q.S. Al-Muzammil [73] :5)
Ø  Qaulan ‘Azhimah (Q.S. Al-Isra’ [17] : 40)



2 komentar: